Salah satu tugas rutin seorang pastor, khususnya yang bekerja di paroki, adalah kunjungan rumah. Berpuluh-puluh tahun yang lampau, di berbagai paroki, praktis kunjungan rumah menjadi metode atau cara yang paling penting. Sekarang, ketika paroki semakin aktif dengan dewan paroki dan banyak organisasi dan panitia, banyak pastor paroki mengeluh karena terlalu banyak rapat dan tidak ada waktu untuk kunjungan rumah lagi.
Sementara itu, di banyak paroki khususnya di kota besar, makin banyak keluarga yang pagi-pagi buta sudah meninggalkan rumah untuk bekerja dan baru pulang malam hari. Semakin jauh rumah dari tempat kerja, semakin malam mereka tiba kembali di rumah. Saat akhir pekan, keluarga-keluarga semacam ini, umumnya juga banyak tidur di rumah untuk istirahat, atau pergi ke luar rumah untuk makan dan rekreasi. Untuk keluarga-keluarga yang seperti ini, pastor juga bingung kapan waktu yang tepat untuk mengunjungi rumah mereka.
Ada Gereja Kristen di Manila, Filipina, yang membuat sistem kunjungan yang sangat sistematis. Pak pendeta dibantu 20 asisten yang setiap hari mengunjungi 3-4 keluarga. Lama setiap kunjungan, sekitar 90 menit. Setiap keluarga dikunjungi sekali setiap tiga bulan. Bukan hanya keluarga inti tertentu yang dikunjungi, namun keluarga itu juga diminta mengajak anggota keluarga besar dan bahkan tetangga terdekat. Acara kunjungan itu sendiri tidak boleh diisi makan-makan, tetapi hanya boleh minum air putih saja. Acara kunjungan berupa katekese atau pengajaran iman yang memang sudah disiapkan dengan baik.
Pada sore hari, semua asisten kembali ke kantor untuk melapor. Pendeta mendengarkan laporan. Keluarga yang paling menderita atau yang yang sakit akan dikunjungi pendeta pada hari lain. Data keluarga di komputer diperbaharui. Dengan cara itu pak pendeta praktis mengenal keadaan umatnya.
Bagaimana dengan pastor di Gereja Katolik? Kiranya masih banyak pastor yang rajin kunjungan rumah. Pastor Heribertus Ballhorn SVD atau Pastor Heri di Paroki Salib Suci di Waru, Keuskupan Surabaya, terkenal karena setiap hari berkunjung dan sungguh mengenal umat satu persatu. Ketika saya berpastoral di Purwakarta dan Karawang, Keuskupan Bandung, Pastor Y.R. Herupranata OSC mengajarkan kepada saya agar mencatat data kunjungan dengan teliti. Hasilnya, masih banyak hal tentang keluarga yang saya kunjungi masih saya ingat sampai bertahun-tahun kemudian.
Romo Agustinus Gani OSC dikenal karena rajin berkunjung. Ada banyak keluarga tersentuh dengan kunjungan Romo Gani dan kemudian menjadi Katolik. Pastor Felix Supranto SSCC sering berjalan-jalan di berbagai perumahan di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Kalau ada yang senyum-senyum, meskipun tidak kenal, Rom Felix akan mampir. Banyak warga Katolik yang belum terdaftar akhirnya secara kebetulan dikunjungi dan kemudian aktif di paroki. Selain berkunjung sendiri, ada juga pastor yang meminta bantuan Legio Maria. Tentu saja, sekarang ini banyak pastor mengunjungi umat bersama pengurus lingkungan atau kring.
Apakah kunjungan rumah masih penting? Untuk pastor yang sudah lama atau jarang berkunjung, percayalah bahwa banyak umat menunggu kunjungan pastor. Ayo jangan ragu-ragu berkunjung. Apa pun sistemnya, bagaimanapun pendataannya, dengan kunjungan rumah pastor bisa mengenal umat secara lebih pribadi. Umat semakin merasakan kegembalaan pastornya. Meskipun hanya berkunjung sebentar, bagi banyak umat, kunjungan pastor adalah berkat yang luar biasa. Terima kasih untuk pastor-pastor yang rajin kunjungan rumah. Para pastor tersebut memperlihatkan Allah Sang Gembala yang rajin mengunjungi domba-dombanya.
St. Ferry Sutrisna Wijaya Pr
Sementara itu, di banyak paroki khususnya di kota besar, makin banyak keluarga yang pagi-pagi buta sudah meninggalkan rumah untuk bekerja dan baru pulang malam hari. Semakin jauh rumah dari tempat kerja, semakin malam mereka tiba kembali di rumah. Saat akhir pekan, keluarga-keluarga semacam ini, umumnya juga banyak tidur di rumah untuk istirahat, atau pergi ke luar rumah untuk makan dan rekreasi. Untuk keluarga-keluarga yang seperti ini, pastor juga bingung kapan waktu yang tepat untuk mengunjungi rumah mereka.
Ada Gereja Kristen di Manila, Filipina, yang membuat sistem kunjungan yang sangat sistematis. Pak pendeta dibantu 20 asisten yang setiap hari mengunjungi 3-4 keluarga. Lama setiap kunjungan, sekitar 90 menit. Setiap keluarga dikunjungi sekali setiap tiga bulan. Bukan hanya keluarga inti tertentu yang dikunjungi, namun keluarga itu juga diminta mengajak anggota keluarga besar dan bahkan tetangga terdekat. Acara kunjungan itu sendiri tidak boleh diisi makan-makan, tetapi hanya boleh minum air putih saja. Acara kunjungan berupa katekese atau pengajaran iman yang memang sudah disiapkan dengan baik.
Pada sore hari, semua asisten kembali ke kantor untuk melapor. Pendeta mendengarkan laporan. Keluarga yang paling menderita atau yang yang sakit akan dikunjungi pendeta pada hari lain. Data keluarga di komputer diperbaharui. Dengan cara itu pak pendeta praktis mengenal keadaan umatnya.
Bagaimana dengan pastor di Gereja Katolik? Kiranya masih banyak pastor yang rajin kunjungan rumah. Pastor Heribertus Ballhorn SVD atau Pastor Heri di Paroki Salib Suci di Waru, Keuskupan Surabaya, terkenal karena setiap hari berkunjung dan sungguh mengenal umat satu persatu. Ketika saya berpastoral di Purwakarta dan Karawang, Keuskupan Bandung, Pastor Y.R. Herupranata OSC mengajarkan kepada saya agar mencatat data kunjungan dengan teliti. Hasilnya, masih banyak hal tentang keluarga yang saya kunjungi masih saya ingat sampai bertahun-tahun kemudian.
Romo Agustinus Gani OSC dikenal karena rajin berkunjung. Ada banyak keluarga tersentuh dengan kunjungan Romo Gani dan kemudian menjadi Katolik. Pastor Felix Supranto SSCC sering berjalan-jalan di berbagai perumahan di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Kalau ada yang senyum-senyum, meskipun tidak kenal, Rom Felix akan mampir. Banyak warga Katolik yang belum terdaftar akhirnya secara kebetulan dikunjungi dan kemudian aktif di paroki. Selain berkunjung sendiri, ada juga pastor yang meminta bantuan Legio Maria. Tentu saja, sekarang ini banyak pastor mengunjungi umat bersama pengurus lingkungan atau kring.
Apakah kunjungan rumah masih penting? Untuk pastor yang sudah lama atau jarang berkunjung, percayalah bahwa banyak umat menunggu kunjungan pastor. Ayo jangan ragu-ragu berkunjung. Apa pun sistemnya, bagaimanapun pendataannya, dengan kunjungan rumah pastor bisa mengenal umat secara lebih pribadi. Umat semakin merasakan kegembalaan pastornya. Meskipun hanya berkunjung sebentar, bagi banyak umat, kunjungan pastor adalah berkat yang luar biasa. Terima kasih untuk pastor-pastor yang rajin kunjungan rumah. Para pastor tersebut memperlihatkan Allah Sang Gembala yang rajin mengunjungi domba-dombanya.
St. Ferry Sutrisna Wijaya Pr